+ Rekomendasi Makanan Khas Kalimantan Barat yang Patut Dicoba!
Berhubung wilayah Kalimantan Barat memang mayoritasnya adalah Tionghoa, maka tentu saja terjadi akulturasi budaya dengan masyarakat lokal. Hal ini juga menghasilkan makanan khas Kalimantan Barat yang sekilas seperti makanan lokal tetapi namanya menggunakan bahasa China.
Makanan khas rujak sepertinya memang menjadi andalan bagi masyarakat kawasan Asia Tenggara. Umumnya, rujak ini terdapat di beberapa negara Indonesia, Singapura, Malaysia, hingga Brunei Darussalam. Namun, hal yang membedakan antara rujak biasa dengan Rujak Thai Pui Ji ini adalah bumbu kuahnya yang berbahan dasar udang ebi dan terasi. Pada penyajiannya pun biasanya akan diberi kerupuk emping.
Makanan khas Kalimantan Barat selanjutnya adalah Kerupuk Basah yang biasanya dijadikan camilan oleh masyarakat sekitar Kapuas Hulu. Biasanya ‘kan, kerupuk itu renyah ya karena digoreng terlebih dahulu. Namun, berbeda dengan kerupuk basah ini yang mana cara pengolahannya ada dua cara yakni dikukus dan digoreng kering. Apabila dijadikan sebagai kerupuk basah, maka bumbu cocolnya adalah sambal kacang.
Bahan dasar pembuatan kerupuk basah ini adalah ikan khas Kalimantan Barat seperti ikan tenggiri dan ikan belida, kemudian dicampurkan dengan sagu. Terlihat seperti pempek ya…
Sagu biasanya kita temui sebagai bahan dasar untuk pembuatan makanan khas Indonesia bagian timur, seperti Maluku dan Papua. Namun ternyata, sagu juga kerap ditemui di Kalimantan Barat dan dijadikan sebagai makanan khas. Salah satunya adalah minuman es Sagu Gunting atau yang kerap juga disebut dengan nama Ce Huan Tiao.
Minuman es berupa campuran tepung sagu dan tepung beras yang dibentuk menyerupai mie. Kuahnya pun menggunakan santan dan gula sehingga rasanya akan gurih sekaligus manis. Untuk bagian topping, biasanya akan ditambahkan kacang merah.
Chai Kwe alias Kue Chai ini sebenarnya adalah kue dari Tionghoa yang terkenal di daerah Bangka Belitung dan Kalimantan Barat. Sekilas, bentuknya terlihat seperti kroket ya… Bedanya, kroket diolah dengan cara digoreng, sedangkan Chai Kwe ini disajikan dengan dikukus.
Isi dari chai kwe ini beragam, seperti talas, kucai, dan bengkuang. Tak lupa diberi taburan bawang goreng di atasnya dan sambal cocolan yang terasa pedas. Chai Kwe cocok disantap sebagai hidangan penutup.
Makanan bernama Ale-Ale ini berasal dari kota Ketapang, Kalimantan Barat, yang berbahan dasar kerang scallop alias kerang simping. Proses memasaknya pun tidak begitu banyak menggunakan bumbu, sehingga rasa asli dari daging kerang scallop akan masih terasa.
Seiring berkembangnya zaman, makanan ale-ale ini semakin berinovasi dengan berbagai rasa. Mulai dari rasa asam manis, bumbu mercon yang sangat pedas, dan lainnya.
Apabila Grameds sering melancong ke berbagai wilayah, pasti ketika melihat makanan khas Kalimantan Barat bernama Pengkang ini, akan mengira mirip dengan Burasa asal Sulawesi Selatan. Yap, jika diperhatikan memang keduanya terlihat sama. Bedanya adalah bentuk pengkang umumnya adalah segitiga, sementara burasa adalah persegi panjang.
Makanan ini berbahan dasar beras ketan yang dimasak dengan santan dan dibungkus menggunakan daun pisang yang diikat dengan bambu. Pada isiannya menggunakan ebi, kemudian dibakar di atas bara. Berhubung pengolahannya saja dibungkus dengan daun pisang dan dibakar di atas bara api, tentu saja aromanya akan harum dan rasanya pun sedap.
Kue Kantong Semar
Sesuai dengan namanya, kuliner unik dari Kalimantan Barat ini menggunakan tumbuhan kantong semar sebagai wadahnya. Yap, tumbuhan yang selalu “memakan” serangga itu ternyata juga bisa lho dijadikan makanan khas oleh masyarakat sekitar.
Sementara kue yang ada di dalam kantong semar itu terbuat dari adonan beras ketan dan campuran kacang merah kukus. Namun, berhubung tumbuhan kantong semar termasuk sebagai tumbuhan yang dilindungi oleh negara, maka sudah jarang ada yang membuat kuliner unik ini. Sekalipun ada, itu hanya pada acara adat saja.
Sebenarnya, kuliner Mie Tiaw Apollo ini bukanlah makanan khas Kalimantan Barat yang ada sejak zaman dahulu kala. Kuliner ini adalah inovasi dari mie kwetiau yang dimasak di sebuah kedai legendaris di kota Pontianak. Berhubung kedai tersebut sudah ada sejak lama, maka akan terasa tidak afdol jika kuliner ini tidak masuk daftar makanan khas Kalimantan Barat.
Kedai Mie Tiaw Apollo ini sudah ada sejak tahun 1968 dan dikelola oleh 2 generasi, sehingga masyarakat luas pun sudah mencicipi bagaimana lezatnya kuliner ini. Lucunya lagi, konon ada satu mantan pegawai dari kedai legendaris tersebut yang keluar dan memutuskan untuk membuka kedai sendiri, tepat di samping “mantan” tempat kerjanya itu. Kedai baru itu bernama Mie Tiaw Polo.
Ada lagi kue khas masyarakat Kalimantan Barat yang berupa roti kukus diisi dengan selai srikaya. Kuliner ini menjadi menu wajib ketika Grameds mengunjungi kota Pontianak dan pastinya mudah ditemui dimanapun. Roti kukus yang tentunya memiliki tekstur empuk, akan terasa enak jika disajikan bersama selai srikaya yang memiliki cita rasa manis.
Sama halnya dengan Mie Tiaw Apollo, kuliner asal Kalimantan Barat yang berupa kopi ini hanya dijual di Warung Kopi Asiang saja. Jadi, dapat disebut bahwa kopi asiang ini sangat legendaris bagi masyarakat sekitar karena warungnya telah berdiri sejak tahun 1968 alias berusia 61 tahun!
Hal unik dari kopi asiang ini adalah sosok peraciknya adalah seorang bapak-bapak yang sering bertelanjang dada ketika membuatkan pesanan. Warung kopi ini adalah bisnis keluarga yang diwariskan secara turun-temurun.
Perlu diperhatikan ya Grameds bahwa kuliner yang satu ini tidak boleh dikonsumsi oleh muslim karena berisikan daging babi beserta jeroannya. Hal ini umum saja ditemui karena di wilayah Kalimantan Barat banyak masyarakat Tionghoa yang mengkonsumsi daging babi selama kesehariannya.
Dilansir dari kumparan.com, makanan khas ini sekilas mirip dengan bakso yang kuahnya diberi kecap cukup banyak. Hanya saja, kwe kia theng ini memiliki beragam topping seperti telur kecap, daging babi beserta jeroannya, dan kuahnya berwarna coklat gelap yang membuat cita rasanya semakin enak.
Es Krim Angi (Es Krim Petrus)
Makanan khas Kalimantan Barat selanjutnya adalah es krim angi atau yang biasa disebut sebagai es krim petrus. Menurut sumber, es krim ini dinamai demikian karena lokasinya berada di depan Sekolah Santo Petrus, Kalimantan Barat, sehingga disebut oleh masyarakat sekitar sebagai es krim petrus. Es krim juga menjadi kuliner legendaris karena tidak membuka cabang dimanapun dan telah ada sejak tahun 1950-an.
Es krim ini disajikan dengan kelapa muda beserta tempurungnya, kemudian diberi es krim di bagian atasnya. Tidak lupa aneka topping seperti kacang merah, agar-agar, hingga cincau.
https://www.celebes.co/
https://travelingyuk.com/
https://thebeautraveler.com/
Tempoyak Asam Pedas
Tempoyak adalah makanan khas etnis Melayu yang biasanya terdapat di sekitar Sumatera dan Kalimantan. Bahan utamanya adalah daging buah durian yang sudah difermentasi kemudian dicampur dengan daging ayam, ikan patin, atau udang. Tak jarang, tempoyak akan dijadikan sebagai bumbu masakan.
Sebagai makanan khas Kalimantan Barat, tempoyak akan dipadukan dengan ikan yang berada di perairan Kalimantan Barat, seperti ikan patin dan ikan angsam yang memiliki daging tebal dan tulang jarang. Makanan khas ini begitu populer di sekitar kota Pontianak dan Ketapang.
Salah satu cara untuk menikmati cumi-cumi utuh selain dibakar dan digoreng tepung adalah dengan dijadikan sotong pangkong. Sebenarnya, sotong dan cumi-cumi itu memiliki karakteristik yang berbeda walaupun keduanya tampak benar-benar mirip.
Sotong pangkong adalah satu dari sekian banyaknya makanan khas Kalimantan Barat yang berupa cumi-cumi kering, kemudian dibakar dan dipipihkan menggunakan palu. Biasanya, makanan khas ini akan muncul saat bulan Ramadhan dan disajikan dengan saus cabai dicampur cuka. Namun seiring berjalannya waktu, sotong pangkong hadir dengan beragam varian pengolahan yakni digiling.
Kiam Ko Kwe adalah salah satu camilan malam di wilayah Pontianak yang mudah ditemui di kota tersebut. Berbahan dasar tepung beras dengan tumisan ayam di atasnya. Bahkan ternyata, Grameds juga dapat lho membuat sendiri kue Kiam Ko Kwe ini. Berikut ini adalah resepnya.
Jorong-jorong ini adalah makanan khas Kalimantan Barat yang berupa kue basah dan dibungkus dengan daun pandan sebagai wadahnya. Warnanya putih polos karena terbuat dari tepung beras, tepung tapioka, dan santan. Tak jarang, masyarakat sekitar akan menggunakan tepung sagu sebagai ganti dari tepung tapioka.
Kue basah ini akan terasa enak karena adanya aroma khas daun pandan yang begitu wangi. Umumnya, kue jorong-jorong ini akan bermunculan saat bulan Ramadhan dan cocok dijadikan takjil berbuka puasa.
Sepertinya, daerah Kalimantan Barat memang khas dengan keberadaan buah durian ya. Salah satu makanan khas di daerah tersebut ada yang bernama Lempok Durian yang tentunya berbahan dasar durian. Jika dilihat sekilas, lempok durian ini mirip dengan dodol durian asal Garut, Jawa barat. Padahal sebenarnya, keduanya memiliki karakteristik yang berbeda lho…
Pada dodol durian, biasanya hanya menggunakan buah durian sebagai perasa saja. Sementara pada lempok durian, akan menggunakan daging durian sebagai bahan utamanya kemudian dicampur gula dan garam. Itulah mengapa, lempok durian ini memiliki aroma dan rasa durian yang sangat kuat.
Ada lagi makanan khas Kalimantan Barat yang diadaptasi dari makanan Tionghoa, yakni Lek Tau Suan. Dalam bahasa China, Lek Tau Suan berarti Butiran Mutiara Kacang Hijau, yang mengacu pada bahan dasar makanan ini yakni kacang hijau yang sudah dikupas kulitnya.
Cara membuat makanan khas ini adalah kacang hijau yang kulitnya sudah dikupas, dimasak dengan kuah kental bening dari tepung tapioka. Setelah itu, dicampurkan dengan gula dan pandan supaya aromanya wangi. Tak jarang, Lek Tau Suan akan disajikan bersamaan dengan cakwe garing.
Rangkong Gading. Foto: Rangkong Indonesia/Yoki Hadiprakarsa
Makanan utama rangkong gading sangat spesifik, berupa buah beringin atau ara berukuran besar. Hanya hutan yang belum rusak yang dapat menyediakan pakan ini dalam jumlah banyak sepanjang tahun. Makanan lain berupa binatang-binatang kecil hanya dikonsumsi sekitar 2 persen dari keseluruhan komposisi makanannya.
Sama seperti semua jenis burung enggang, Rangkong gading hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya (monogami). Setelah menemukan lubang sarang yang tepat, sang betina akan masuk dan mengurung diri.
Butuh sekitar 180 hari bagi rangkong untuk menghasilkan satu anak. Bersama rangkong jantan, lubang sarang akan ditutup menggunakan adonan berupa tanah liat yang dibubuhi kotorannya. Celah sempit disisakan pada lubang penutup untuk mengambil hantaran makanan dari sang jantan, dan juga untuk menjaga suhu dan kebersihan di dalam sarang.
Di dalam sarang, sang betina akan meluruhkan sebagian bulu terbangnya (moulting) untuk membuat alas demi menjaga kehangatan telur. Burung betina tidak akan dapat terbang dan bergantung sepenuhnya pada sang jantan, sampai sang anak keluar dari sarang. Tahap bertelur, mengerami, menetas, sampai anak siap keluar dari sarang membutuhkan waktu selama enam bulan.
Setiap tahunnya habitat rangkong gading di Indonesia yang berupa hutan tropis dataran rendah sampai perbukitan menghilang. Kondisi ini diperburuk dengan perburuan yang semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir. doc/Rangkong Indonesia
Poonswad, dalam bukunya Ecology and Conservation menyatakan bahwa terdapat lima tahapan proses bersarang pada rangkong yaitu:
Pertama, tahap pre-nesting yaitu periode perkawinan. Ditunjukkan dengan usaha menemukan sarang (termasuk mengunjungi sarang) sebelum betina terkurung, berlangsung antara satu sampai tiga minggu.
Kedua, tahap pre-laying yaitu masa betina mulai terkurung sampai peletakan telur pertama, selama satu minggu. Periode aman bagi rangkong untuk mengeluarkan telurnya.
Ketiga, tahap egg incubation yaitu masa peletakkan telur pertama sampai telur pertama menetas, selama enam minggu. Pada Kangkareng perut putih hanya berlangsung selama empat minggu.
Keempat, tahap nesting yaitu masa dari induk betina keluar dari sarang (lobang sarang ditutup kembali) hingga anak memiliki bulu lengkap dan siap untuk terbang, berlangsung selama 8 - 13 minggu.
Kelima, tahap fledging yaitu masa dari pemecahan penutup sarang sampai semua anak keluar, memerlukan waktu dari hitungan beberapa jam hingga dua minggu, jika anak lebih dari satu.
Hilangnya hutan sebagai habitat utama, minimnya upaya konservasi, dan maraknya perburuan adalah perpaduan mengerikan bagi masa depan Rangkong Gading. Berbagai jenis pohon beringin yang menyediakan makanan utama bagi Rangkong Gading dianggap tidak memiliki nilai ekonomis sehingga keberadaannya tidak pernah diharapkan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P 57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018 kelompok enggang dikategorikan sebagai satwa prioritas tinggi di antara kelompok burung, terutama rangkong gading (Rhinoplax vigil) yang merupakan spesies prioritas di antara kelompok enggang.
Mengingat tingginya ancaman perburuan dan perdagangan di masa lampau, konvensi internasional untuk perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam (CITES) sudah memasukkan rangkong gading ke dalam Appendix I semenjak tahun 1975.
Di Indonesia sendiri, mengingat fungsi ekologisnya yang sangat penting, semua jenis enggang dalam famili Bucerotidae dilindungi oleh UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1990.
Pada tahun 2015, status konservasi rangkong gading di tingkat internasional mengalami perubahan di mana yang semula terancam punah (Near Threatened) menjadi kritis (Critically Endangered), yang merupakan status konservasi terakhir sebelum punah (Extinct). doc/Rangkong Indonesia
Pada tahun 2015, status konservasi rangkong gading di tingkat internasional mengalami perubahan di mana yang semula terancam punah (Near Threatened) menjadi kritis (Critically Endangered), yang merupakan status konservasi terakhir sebelum punah (Extinct).
Burung rangkong gading (Rhinoplax vigil) adalah ikon konservasi dari hutan tropis di Asia. Suaranya yang khas dan keras dapat terdengar di hutan-hutan tropis di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, kemudian sebelah selatan Thailand dan Myanmar, Semenanjung Malaysia. Burung enggang berukuran besar ini memiliki peranan penting secara ekologis dan budaya, namun kondisinya kini mendekati kepunahan.
Sebagai pemakan buah terbesar di antara jenis spesiesnya, burung ini secara ekologis berperan penting dalam menjaga dinamika hutan tropis yaitu melalui pemencaran biji dari buah yang dimakannya. Seperti jenis enggang di Asia lainnya, untuk berbiak, rangkong gading membutuhkan lubang pohon yang alami terbentuk dengan ukuran yang sangat spesifik. Rangkong gading sedikitnya membutuhkan 6 bulan untuk berkembang biak dan menghasilkan seekor anak.
Rangkong gading juga memiliki nilai budaya penting untuk masyarakat Indonesia, khususnya untuk masyarakat suku Dayak di Kalimantan. Di Provinsi Kalimantan Barat, burung ini merupakan simbol kebanggaan provinsi yang melambangkan keberanian dan keagungan Suku Dayak yang masih banyak mendominasi di provinsi paling barat pulau Kalimantan. Di provinsi paling selatan pulau Sumatera, rangkong gading memiliki nilai budaya yang melambangkan keagungan dan kepemimpinan bagi masyarakat pribumi Provinsi Lampung.
Dalam keluarga enggang, famili Bucerotidae, hanya rangkong gading yang memiliki balung (casque) yang besar dan padat di bagian atas paruhnya. Bagian padat dari balungnya terbentuk dari materi keratin yang umum disebut sebagai gading rangkong. Dengan karakteristik unik perpaduan warna kuning lembayung dan merah dengan tingkat kekerasan lebih lunak daripada gading gajah, gading rangkong menjadi incaran untuk dijadikan hiasan semenjak abad ke-14.
“Namun, informasi mengenai perburuan dan perdagangan rangkong gading sangatlah minim,” ungkap Yoki sapaan akrab Yokyok Hadiprakarsa dari Rangkong Indonesia dalam media workshop Rangkong Gading dan Arwana Red, yang digelar Yayasan Kehati, TFCA Kalimantan dan SIEJ, Rabu 28 Agustus 2019 di Jakarta.
Temuan 6000 burung mati dalam Investigasi 2013 di Kalimantan Barat. doc/Rangkong Indonesia
Yoki menjelaskan, setiap tahunnya habitat rangkong gading di Indonesia yang berupa hutan tropis dataran rendah sampai perbukitan menghilang. Kondisi ini diperburuk dengan perburuan yang semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2012-2013 di Kalimantan Barat, 6000 rangkong gading dewasa mati dan diambil kepalanya.
Temuan ini juga didukung dengan penyitaan 1291 paruh gangkong gading dalam rentang tahun 2012-2016 oleh pihak berwenang di Indonesia, di mana sebagian besar barang yang disita berasal dari Kalimantan Barat. Untuk burung yang memiliki perkembangbiakan yang lambat seperti rangkong gading, yang hanya menghasilkan satu anakan per tahun, perburuan dapat memberi dampak yang besar terhadap keberlangsungan populasinya di alam.
Sebanyak 72 paruh rangkong gading yang hendak diselundupkan pelaku TLC ke Hong Kong digagalkan petugas Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Foto: KLHK/BKSDA Jakarta
Lemahnya Pengawasan dan Maraknya Perburuan
Rabu 17 Juli 2019 lalu, pukul 05.00 WIB. Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Jakarta bersama Aviation Security [Avsec] dan Balai Karantina Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, menggagalkan penyelundupan 72 paruh burung rangkong gading [Rhinoplax vigil]. Seorang wanita inisial TLC [48 tahun] diamankan bersama barang bukti kejahatan tersebut yang hendak dibawa ke Hong Kong.
“Ini komitmen KLHK menindak kejahatan tumbuhan dan satwa liar melalui kolaborasi dan sinergi sejumlah pihak,†terang Dirjen Penegakan Hukum KLHK Rasio Ridho Sani dalam keterangan tertulis
Modus operandinya membungkus paruh rangkong dengan kertas alumunium foil, lalu dimasukan dalam kaleng biskuit. Kemudian, disamarkan dengan biskuit di atasnya. Enam kaleng itu dimasukkan dalam sebuah tas jinjing besar biru.
“Saat pemeriksaan, petugas mencurigai isinya. Setelah diperiksa isinya 72 paruh rangkong gading. Atas temuan itu, petugas Avsec dan Karantina melaporkan ke BKSDA DKI Jakarta, lalu pelaku beserta barang bukti diserahkan ke Balai Gakkum Jabalnusra Seksi Wilayah I Jakarta untuk penyidikan,†katanya.
“Upaya pengamanan dan pemantauan aktivitas perdagangan satwa liar dilindungi di bandara, pelabuhan, dan terminal bus terus ditingkatkan untuk mencegah peredaran ilegal tumbuhan dan satwa liar dilindungi,†terang Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Ditjen Gakkum, Sustyo Iryono.
Sustyo mengatakan, TLC sudah ditetapkan sebagai tersangka. Penyidik bersama Polda berkoordinasi untuk melakukan penahanan. “Yang bersangkutan mengaku sebagai kurir,†paparnya.
Jalur penjualan Rangkong Gading. doc/Rangkong Indonesia
Rangkong Gading. Foto: Rangkong Indonesia/Yoki Hadiprakarsa
Makanan utama rangkong gading sangat spesifik, berupa buah beringin atau ara berukuran besar. Hanya hutan yang belum rusak yang dapat menyediakan pakan ini dalam jumlah banyak sepanjang tahun. Makanan lain berupa binatang-binatang kecil hanya dikonsumsi sekitar 2 persen dari keseluruhan komposisi makanannya.
Sama seperti semua jenis burung enggang, Rangkong gading hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya (monogami). Setelah menemukan lubang sarang yang tepat, sang betina akan masuk dan mengurung diri.
Butuh sekitar 180 hari bagi rangkong untuk menghasilkan satu anak. Bersama rangkong jantan, lubang sarang akan ditutup menggunakan adonan berupa tanah liat yang dibubuhi kotorannya. Celah sempit disisakan pada lubang penutup untuk mengambil hantaran makanan dari sang jantan, dan juga untuk menjaga suhu dan kebersihan di dalam sarang.
Di dalam sarang, sang betina akan meluruhkan sebagian bulu terbangnya (moulting) untuk membuat alas demi menjaga kehangatan telur. Burung betina tidak akan dapat terbang dan bergantung sepenuhnya pada sang jantan, sampai sang anak keluar dari sarang. Tahap bertelur, mengerami, menetas, sampai anak siap keluar dari sarang membutuhkan waktu selama enam bulan.
Setiap tahunnya habitat rangkong gading di Indonesia yang berupa hutan tropis dataran rendah sampai perbukitan menghilang. Kondisi ini diperburuk dengan perburuan yang semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir. doc/Rangkong Indonesia
Poonswad, dalam bukunya Ecology and Conservation menyatakan bahwa terdapat lima tahapan proses bersarang pada rangkong yaitu:
Pertama, tahap pre-nesting yaitu periode perkawinan. Ditunjukkan dengan usaha menemukan sarang (termasuk mengunjungi sarang) sebelum betina terkurung, berlangsung antara satu sampai tiga minggu.
Kedua, tahap pre-laying yaitu masa betina mulai terkurung sampai peletakan telur pertama, selama satu minggu. Periode aman bagi rangkong untuk mengeluarkan telurnya.
Ketiga, tahap egg incubation yaitu masa peletakkan telur pertama sampai telur pertama menetas, selama enam minggu. Pada Kangkareng perut putih hanya berlangsung selama empat minggu.
Keempat, tahap nesting yaitu masa dari induk betina keluar dari sarang (lobang sarang ditutup kembali) hingga anak memiliki bulu lengkap dan siap untuk terbang, berlangsung selama 8 - 13 minggu.
Kelima, tahap fledging yaitu masa dari pemecahan penutup sarang sampai semua anak keluar, memerlukan waktu dari hitungan beberapa jam hingga dua minggu, jika anak lebih dari satu.
Hilangnya hutan sebagai habitat utama, minimnya upaya konservasi, dan maraknya perburuan adalah perpaduan mengerikan bagi masa depan Rangkong Gading. Berbagai jenis pohon beringin yang menyediakan makanan utama bagi Rangkong Gading dianggap tidak memiliki nilai ekonomis sehingga keberadaannya tidak pernah diharapkan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P 57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018 kelompok enggang dikategorikan sebagai satwa prioritas tinggi di antara kelompok burung, terutama rangkong gading (Rhinoplax vigil) yang merupakan spesies prioritas di antara kelompok enggang.
Mengingat tingginya ancaman perburuan dan perdagangan di masa lampau, konvensi internasional untuk perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam (CITES) sudah memasukkan rangkong gading ke dalam Appendix I semenjak tahun 1975.
Di Indonesia sendiri, mengingat fungsi ekologisnya yang sangat penting, semua jenis enggang dalam famili Bucerotidae dilindungi oleh UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1990.
Pada tahun 2015, status konservasi rangkong gading di tingkat internasional mengalami perubahan di mana yang semula terancam punah (Near Threatened) menjadi kritis (Critically Endangered), yang merupakan status konservasi terakhir sebelum punah (Extinct). doc/Rangkong Indonesia
Pada tahun 2015, status konservasi rangkong gading di tingkat internasional mengalami perubahan di mana yang semula terancam punah (Near Threatened) menjadi kritis (Critically Endangered), yang merupakan status konservasi terakhir sebelum punah (Extinct).
Burung rangkong gading (Rhinoplax vigil) adalah ikon konservasi dari hutan tropis di Asia. Suaranya yang khas dan keras dapat terdengar di hutan-hutan tropis di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, kemudian sebelah selatan Thailand dan Myanmar, Semenanjung Malaysia. Burung enggang berukuran besar ini memiliki peranan penting secara ekologis dan budaya, namun kondisinya kini mendekati kepunahan.
Sebagai pemakan buah terbesar di antara jenis spesiesnya, burung ini secara ekologis berperan penting dalam menjaga dinamika hutan tropis yaitu melalui pemencaran biji dari buah yang dimakannya. Seperti jenis enggang di Asia lainnya, untuk berbiak, rangkong gading membutuhkan lubang pohon yang alami terbentuk dengan ukuran yang sangat spesifik. Rangkong gading sedikitnya membutuhkan 6 bulan untuk berkembang biak dan menghasilkan seekor anak.
Rangkong gading juga memiliki nilai budaya penting untuk masyarakat Indonesia, khususnya untuk masyarakat suku Dayak di Kalimantan. Di Provinsi Kalimantan Barat, burung ini merupakan simbol kebanggaan provinsi yang melambangkan keberanian dan keagungan Suku Dayak yang masih banyak mendominasi di provinsi paling barat pulau Kalimantan. Di provinsi paling selatan pulau Sumatera, rangkong gading memiliki nilai budaya yang melambangkan keagungan dan kepemimpinan bagi masyarakat pribumi Provinsi Lampung.
Dalam keluarga enggang, famili Bucerotidae, hanya rangkong gading yang memiliki balung (casque) yang besar dan padat di bagian atas paruhnya. Bagian padat dari balungnya terbentuk dari materi keratin yang umum disebut sebagai gading rangkong. Dengan karakteristik unik perpaduan warna kuning lembayung dan merah dengan tingkat kekerasan lebih lunak daripada gading gajah, gading rangkong menjadi incaran untuk dijadikan hiasan semenjak abad ke-14.
“Namun, informasi mengenai perburuan dan perdagangan rangkong gading sangatlah minim,” ungkap Yoki sapaan akrab Yokyok Hadiprakarsa dari Rangkong Indonesia dalam media workshop Rangkong Gading dan Arwana Red, yang digelar Yayasan Kehati, TFCA Kalimantan dan SIEJ, Rabu 28 Agustus 2019 di Jakarta.
Temuan 6000 burung mati dalam Investigasi 2013 di Kalimantan Barat. doc/Rangkong Indonesia
Yoki menjelaskan, setiap tahunnya habitat rangkong gading di Indonesia yang berupa hutan tropis dataran rendah sampai perbukitan menghilang. Kondisi ini diperburuk dengan perburuan yang semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2012-2013 di Kalimantan Barat, 6000 rangkong gading dewasa mati dan diambil kepalanya.
Temuan ini juga didukung dengan penyitaan 1291 paruh gangkong gading dalam rentang tahun 2012-2016 oleh pihak berwenang di Indonesia, di mana sebagian besar barang yang disita berasal dari Kalimantan Barat. Untuk burung yang memiliki perkembangbiakan yang lambat seperti rangkong gading, yang hanya menghasilkan satu anakan per tahun, perburuan dapat memberi dampak yang besar terhadap keberlangsungan populasinya di alam.
Sebanyak 72 paruh rangkong gading yang hendak diselundupkan pelaku TLC ke Hong Kong digagalkan petugas Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Foto: KLHK/BKSDA Jakarta
Lemahnya Pengawasan dan Maraknya Perburuan
Rabu 17 Juli 2019 lalu, pukul 05.00 WIB. Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Jakarta bersama Aviation Security [Avsec] dan Balai Karantina Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, menggagalkan penyelundupan 72 paruh burung rangkong gading [Rhinoplax vigil]. Seorang wanita inisial TLC [48 tahun] diamankan bersama barang bukti kejahatan tersebut yang hendak dibawa ke Hong Kong.
“Ini komitmen KLHK menindak kejahatan tumbuhan dan satwa liar melalui kolaborasi dan sinergi sejumlah pihak,†terang Dirjen Penegakan Hukum KLHK Rasio Ridho Sani dalam keterangan tertulis
Modus operandinya membungkus paruh rangkong dengan kertas alumunium foil, lalu dimasukan dalam kaleng biskuit. Kemudian, disamarkan dengan biskuit di atasnya. Enam kaleng itu dimasukkan dalam sebuah tas jinjing besar biru.
“Saat pemeriksaan, petugas mencurigai isinya. Setelah diperiksa isinya 72 paruh rangkong gading. Atas temuan itu, petugas Avsec dan Karantina melaporkan ke BKSDA DKI Jakarta, lalu pelaku beserta barang bukti diserahkan ke Balai Gakkum Jabalnusra Seksi Wilayah I Jakarta untuk penyidikan,†katanya.
“Upaya pengamanan dan pemantauan aktivitas perdagangan satwa liar dilindungi di bandara, pelabuhan, dan terminal bus terus ditingkatkan untuk mencegah peredaran ilegal tumbuhan dan satwa liar dilindungi,†terang Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Ditjen Gakkum, Sustyo Iryono.
Sustyo mengatakan, TLC sudah ditetapkan sebagai tersangka. Penyidik bersama Polda berkoordinasi untuk melakukan penahanan. “Yang bersangkutan mengaku sebagai kurir,†paparnya.
Jalur penjualan Rangkong Gading. doc/Rangkong Indonesia
Artikel ini adalah salah satu dari serangkaian artikel yang memberikan informasi tentang endemisme di antara burung di berbagai zona zoogeografi dunia. Untuk tinjauan umum tentang subjek ini lihat endemisme pada burung.
Pulau Kalimantan memiliki keluarga endemik tunggal, Pityriaseidae, berisi spesies tunggal, Tiong-batu Kalimantan.
Selain itu, ada genera endemis berikut (semuanya juga monotypic):
Birdlife International telah menetapkan Endemic Bird Areas (EBA) di Kalimantan:
157, gunung-gunung di Kalimantan
Selain itu ada lima daerah sekunder (Secondary Areas). Ada dua kelompok pulau (kepulauan Kalimantan timur laut, s097, dan kepulauan Natuna, (S101)) dan tiga daerah di Pulau Kalimantan sendiri, dataran rendah Sabah (s098), dataran rendah Kalimantan-Indonesia (s099), dan zona pesisir Kalimantan (S100).
Spesies-spesies berikut endemik Kalimantan, dan hanya ditemukan di EBA pegunungan Kalimantan:
Pelanduk Kalimantan adalah endemik wilayah sekunder dataran rendah Kalimantan (wilayah Indonesia).
Microhierax latifrons adalah endemik wilayah sekunder dataran rendah Sabah.
Turdus poliocephalus seebohmi, subspesies Anis Gunung, endemik tiga gunung di Kalimantan bagian utara.
Spesies-spesies jangkauan-terbatas berikut dapat ditemukan di Kalimantan hanya di EBA pegunungan Kalimantan, tetapi dapat ditemukan juga di Sumatra:
Kacamata Jawa dapat ditemukan di daerah sekunder zona pesisir Kalimantan, dan di EBA zona pesisir Jawa.
Merpati-hutan Perak dapat ditemukan di kepulauan Natuna, dan di tiga daerah sekunder lainnya lepas Sumatra.
Pergam Kelabu dan Otus mantananensis dapat ditemukan di daerah sekunder pulau-pulau timur laut Kalimantan, dan juga di EBA dan daerah sekunder lain di Indonesia dan Filipina.
Templat:Endemisme pada burung
BANJARMASINPOST.CO.ID, KUBU RAYA - Seekor Enggang Borneo hitam dengan perut putih atau sering disebut kangkaren perut putih ditemukan membusuk di Mungguk Linang Desa Batu Ampar Kecamatan Batu Ampar.
Saat ditemukan kondisi enggang tersebut sudah mulai membusuk dan dikerumuni semut dan lalat hutan.
Terlihat sebagian tubuhnya membiru dan mengalami luka parah. Anak enggang yang berukuran sekitar 15 sentimeter dengan berat sekitar 0,5 kilogram ditemukan tewas mengenaskan di tepi tangga menuju tower salah satu operator seluler di Mungguk Linang, Selasa (10/5/2016) sekitar pukul 10.30 WIB.
Diduga Enggang yang masuk famili bucerotidae tersebut merupakan korban pemburuan liar warga, sebab di sekujur tubunya terdapat luka berlubang dibagian dada hingga sayap. Kuat dugaan bahwa luka tersebut akibat dari timah panas pemburu.
Padahal Enggang yang dalam bahasa inggris disebut dengan istilah Harnbill tersebut merupakan satwa yang dilindungi berdasarkan peraturan perlindungan binatang liar tahun 1931 dan peraturan Pemerintah No 07 tahun 1991 tentang jenis satwa yang dilindungi.
Seorang saksi mata Iqbal (31), saat ditemui dilokasi kejadian menuturkan bahwa Enggang tersebut diperkirakan mati sekitar 2 hari yang lalu.
Dari luka yang terdapat dalam bagian tubuh enggang tersebut kemungkinan besar adalah akibat tertembak oleh pemburu di hutan.
Iqbal sangat menyanyangkan kejadian itu, masih adanya masyarakat yang melakukan pemburuan terhadap satwa-satwa yang langka dan dilindungi.
“Jika dilihat dari ciri-ciri bagian tubuh enggang yang ditemukan membusuk itu, kuat dugaan bahwa itu adalah akibat tertembak oleh pemburu di hutan. Oleh karena tidak langsung mati sehingga pemburu tidak mendapatkannya, dan jatuh membusuk disini. Ini sangat disayangkan semestinya masyarakat kita ikut menjaga habitat enggang ini,” kata Iqbal.
Gencarnya sosialisasi dalam menyiarkan dan mengkampanyekan sejumlah satwa yang dilindungi kepada masyarakat. ternyata masih ada saja pemburuan liarnua.
Dikhawatirkan jika terus terjadi tidak menutup kemungkinan sejumlah habitat yang dilindungi. Contohnya Enggang ini akan semakin terancam dan akan punah.
Padahal enggang tersebut masuk satwa yang dilindungi dan bahkan enggang juga telah menjadi maskotnya Kalimantan Barat.
Saksi mata lain yang juga ada dilokasi kejadian, Iyan (33) mengatakan hal serupa bahwa enggang tersebut ditemukan membusuk diduga karena tertembak oleh pemburu yang tidak bertanggung jawab. Iyan menyanyangkan hal tersebut terjadi sebab enggang borneo saat ini termasuk bagian satwa yang dilindungi dan harus dijaga bersama.
Makanan Khas Kalimantan Barat – Grameds pasti sudah tahu dan memahami bahwa negara kita ini memiliki ribuan pulau yang tentunya setiap pulau itu terdapat makanan khas di masing-masing provinsinya.
Salah satu provinsi di pulau terbesar ketiga di Indonesia, yakni Pulau Kalimantan adalah Kalimantan Barat. Provinsi yang memiliki ibukota berupa kota Pontianak ini tentunya memiliki beragam makanan khas yang hanya dapat dijumpai di wilayah itu saja. Sekalipun ada di wilayah lain, pasti rasanya akan berbeda.
Makanan khas Kalimantan Barat kebanyakan memang mengadopsi makanan China. Hal tersebut karena memang mayoritas masyarakat yang tinggal di Kalimantan Barat ada 3 etnis yakni Melayu, Dayak, dan Tionghoa. Adapun etnis Melayu menetap di Kalimantan Barat karena pulau tersebut berseberangan langsung dengan negara Malaysia.
Salah satu makanan khas Kalimantan Barat yang cukup terkenal adalah roti srikaya. Lantas, apa saja sih makanan khas Kalimantan Barat yang sekiranya dapat Grameds cicipi ketika berkunjung ke wilayah tersebut? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Burung Punai Goreng
Keberadaan burung punai begitu dikenal akrab oleh masyarakat Kalimantan. Bahkan di Kalimantan Selatan, terdapat legenda yang menceritakan asal mula dari burung punai. Menurut perundang-undangan, burung punai memang bukanlah burung dilindungi sehingga sering diburu oleh masyarakat, tak terkecuali oleh masyarakat Kalimantan Barat. Habitatnya berada di sekitar hutan bakau, rawa air rawa, hingga perkebunan warga.
Sebagai makanan khas Kalimantan Barat, burung punai sering dimasak dengan cara sederhana yakni digoreng maupun dibakar. Lalu, disajikan bersama nasi, sambal, dan lalapan. Sekilas, rasanya hampir mirip dengan burung dara.
Mie Kepiting Pontianak
Makanan khas Kalimantan Barat selanjutnya adalah mie kepiting Pontianak yang sekilas hampir mirip dengan mie kering Aceh. Namun, pada mie kepiting Pontianak ini lebih kering dan bahkan tanpa kuah. Lauknya tentu saja kepiting, sesuai dengan namanya. Selain kepiting, ada juga topping berupa tetelan daging sapi, ikan, udang, bakso, dan pangsit goreng.
Mie Sagu ini berbeda ya dengan Sagu Gunting walaupun sama-sama berbahan dasar sagu dan bentuknya seperti mie. Mie Sagu ini adalah jenis makanan yang disajikan dengan kuah berbumbu dan memiliki topping beragam, seperti halnya mie Jawa kuah. Bedanya, jika mie pada umumnya adalah berbahan dasar tepung, makanan khas Kalimantan Barat yang satu ini dibuat dari sagu.